Friday, June 17, 2011

KISAH USAHA HANDAL DESA PASURUHAN KECAMATAN PURING

Untuk Rumah Tangga Miskin Menuju Rumah Tangga Maju


Letaknya di sebelah paling ujung barat Kecamatan Puring, Desa kecil yang berbatasan dengan kecamatan Buayan, disebelah utara dan barat berbatasan dengan Desa Rangkah dan Adiwarno, sebelah timur dan selatan berbatasan dengan Desa Weton Kulon. Tersebutlah suatu daerah dataran rendah yang ditumbuhi semak belukar dan pohon nipal. Desa Pasuruhan namanya, Desa yang menurut legenda diberi nama oleh seorang pengembara yang gigih mengolah lahan pertanian, dia adalah Sura Manggala. Seorang yang mampu membuat semak belukar menjadi lahan sawah yang dapat menghasilkan panen luar biasa waktu itu yang tentunya dapat mengsejahterakan masyarakat Pasuruhan.

Masyarakat Desa Pasuruhan memiliki mata pencaharian Buruh Tani Dan Karyawan Swasta. Sungguh luar biasa buat kita yang mendengarnya. Mungkin didaerah pedesaan seperti Pesuruhan dengan mata pencaharian Buruh Tani kita semua dabat mengatakan wajar dan hal biasa, tapi bagaimana dengan Karyawan Swasta? Mungkin mata pencaharian Karyawan Swasta dapat berkembang dan menjadikan mayoritas andai kondisi Desa Pasuruhan terletak di Sentralisasi Ibu Kota, yang dekat dengan pusat ekonomi menegah keatas seperti tempat belanja moderen macam Jadi Baru, Rita Pasaraya atau aspek ekonomi lainya dipusat kota Kebumen. Sunguh sesuatu yang sangat diluar biasa, karena ternyata di Desa Pasuruhan, desa yang kecil di pinggiran kota Kebumen ada sebuah usaha yang mampu menyerap begitu banyak tenaga kerja yang mampu mengurangi angka kemiskinan, meskipun mungkin usaha yang dipandang sebelah mata.. Usaha tempe, usaha yang berkembang maju di Desa Pasuruhan, tempe dengan kualitas super  dan mempunyai daya jual tinggi. Tapi kita tidak dapat memungkiri, macam anggota DPR yang berdasi juga kenal tempe. Ini menandakan kalo tempe bisa di terima oleh golongan apa saja, menurut penulis.

Pada suatu hari  penulis sedang mengerjakan beberapa pekerjaan yang harus diselesaikan di kantor bersama rekan UPK lainya. Tepatnya sekitar pukul 13.00 Wib, datang dua orang berjilbab hitam dan mengenakan baju batik warna ungu violet bergaris hitam khas ketua anggota SPP “yang memang memiliki seragam batik yang seragam”. dan  dengan singkat menyalami seluruh rekan-rekan UPK untuk kemudian duduk didepan meja bendahara UPK. Dengan senyum simpul wanita itu membuka tas dan menyodorkan buku anggsuran anggota SPP untuk salah satu Kelompok di Desa Pasuruhan, yang ternyata anggsuran tersebut untuk anggsuran yang terakhir. Sungguh penulis sangat senang melihatnya, karena penulis melihat wanita itu begitu semangat, karena dapat menyelesaikan anggsuran tepat waktu dan kelompok itupun diberikan Imbalan Pengembalian Tepat Waktu sebesar 1,5% “Lumayan bisa menambah modal Usaha”. Penulis sebenarnya sudah mengamati Kelompok SPP desa itu sejak bulan Mei tahun 2011, apalagi pada saat RBM bidang Advokasi kebetulan yang menjadi peserta pelatihan adalah Bendahara TPK, KPMD perempuan serta satu perwakilan dari Ketua Kelompok SPP dan salah satunya adalah Ketua Kelompok SPP Desa Pasuruhan.. Waktu itu diakhir pelatihan dilakukan testimoni kelompok anggota SPP yang sudah berhasil, dipangilah Ibu Disem dari Desa Pasuruhan yang memberikan testimoninya, Tempe kata beliau!. Yang membuat kelempok mereka dapat berkembang maju dan dapat menjadi  usaha handal. Singkatnya.

Setelah di bulan Mei dapat menyelesaikan angsuran dengan baik. Kemudian mengajukan proposal dan sudah mendapatkan verifiksi dari Tim Verifikasi ahirnya Kelompok Desa Pesuruhan dapat mencairkan dana SPP kembali, kalo ngak salah nominalnya sekitar 46 juta untuk enam anggotanya. Waktu itu jam menunjukan pukul 10.00 Wib, Penulis dan anggota UPK lainya sedang menyiapkan berita acara untuk proses pencairan Desa Pesuruhan . Salah satu anggota kelompok datang dan disusul anggota-anggota lainya, tampak ada yang datang membawa tas kresek berwarna hitam besar, didalamnya tampak sesuatu berwarna hijau berbentuk balok memanjang, ternyata itu adalah tempe. Sebelum pencairan dimulai salah satu anggota menyodorkan keresek hitam tersebut sambil berkata “ niki bu oleh-oleh saking pesuruhan  nge njenengan“. ”Ben njenengan kenal kalih produke wong Pesuruhan”  intinya pengen memperkenalkan hasil produknya sama UPK. Ya kita terima dengan senang hati tentunya, apalagi tempe itu adalah produk Kelopok binaan SPP kecamatan Puring. Penulis juga membawa pulang lima bungkus, so dengan senang hati sebagai oleh-oleh keluarga tercinta dirumah. Kebetulan penulis seorang laki-laki yang belum mungkin pintar memasak “karena memasak kan untuk genre yang lain”  Pendamping hidup pun juga belum ada. Jadi ya diserahkan ibunda tercinta dirumah. Setelah sampai dirumah,  penulis berikan kresek hitam berisi tempe  kepada ibunda tercinta, setelah dibuka beliau bertanya.

Ibu            : Ngawa apa le?
Penulis    : Mbeto tempe bu.
Ibu            : Le tempene ayu putih tur padet ngesuk tek jejel tek dadekna kripik apa?
Penulis    : Mongoh terserah ibu mawon
Penulis bahasanya sopan banget.

Setelah mateng penulis mencicipi beberapa keripik, mungkin sekitar delapan irisan. Keripik yang diiris tipis mirip emping melinjo tapi berbentuk segi empat. Hasilnya luar biasa, keripik yang memang nikmat karena kualitas tempe yang luar biasa, Mak Nyoos rasane kata acara kuliner TV   kata penulis. Itu jadi pengalaman riil dan asli penulis. Kalo memang tempe produk Pesuruan memang enak dan luar biasa.

            Saat berangkat Ngantor penulis bercerita kepada rekan UPK lainya, tanya penulis kepada rekan, tempe yang diberi Kelompok Desa Pesuruhan pada dibikin apa?. Ternyata bervariasi, ada yang dibikin keripik, Kering tempe, bacem tempe dan ada yang digoreng tepung dan aneka masakan lainya yang bervariasi, pada intinya karena enaknya tempe itu saat dikasih lima buah masih kurang. Kebetualan dilain hari datang anggota kelompok Pesuruhan, penulis memang menyempatkan diri untuk ngobrol panjang lebar  menanyakan bebarapa hal yang ingin penulis ketahui tentang tempe Pesuruhan.

Kenapa tempenya ngak dibikin kripik bu?
”Lah wong dijual tempe mentah be kantu ulih nglayani” Jawab mereka

Ternyata permintaan Tempe Pesuruhan di pasaran luar biasa, mereka memproduksi tempe mentah saja belum cukup memenuhi kebutuhan konsumen dipasararan. Ternyata area pemasaranyapun tidak hanya dikancah domestik Kecamatan Puring, Tapi sudah mengambah kecamatan lainya. Penulis Cuma bisa berandai-andai, ini adalah kesempatan, ini adalah peluang, ini adalah celah maju buat kita semua, dan ini harusnya dapat merangsang kita semua untuk berbuat lebih banyak dengan usaha ini. Bagaimana kalo kita kembangkan, dari tempe mentah kita adakan pelatihan, agar lebih maju dengan memproduksi keripik atau jenis olahan tempe lainya. Penulis Cuma membandingkan, tempe yang diolah ibunda tercinta dengan bumbu-bumbu alakadarnya, penulis juga sudah bisa mengatakan enak. Apalagi andai pelatihan dapat terealisasikan, dengan tutor yang sudah faham makanan olahan macam Master Chief di TV”  Tidak usah muluk-muluk kita coret aja macam Master Chief di TV” . macam yang berkompeten aja, misalnya kita pagil tutor yang bisa lebih mudah mengaksesnya macam BLK di Dinaskertransos aja di Kebumen. Dijamin rasanya nikmat sekali dan Penulis yakin di Kecamatan Puring dapat dijalankan industri olahan tempe yang dapat berkembang. Melangkah lebih maju lagi kita promosikan produk andalan tempe ini, dengan memberikan informasi kehalayak banyak dan tidak menutup kemungkinan Membangun Rumah tangga miskin menuju rumah tangga maju. Penulis berharap banyak dengan adanya Program Pemerintah macam PNPM-MP ini, potensi didaerah sungguh luar biasa kalo kita gali dan gali kembali. Meskipun penulis baru berhayal dibaris-baris terakhir, namun sunguh senang andai dapat terealisasi ditahun berikutnya, semoga contoh kecil Usaha Andalan Desa Pesuruhan ini dapat membuka mata kita semua, agar kita dapat selangkah lebih maju untuk membangun tanah air kita tercinta. Amin.

No comments: